Dekonstruksi Bahasa
Dimensi berbahasa menuntut orang untuk paham. Konsep bahasa apakah dapat dipastikan posisinya? Perdebatan ini menimbulkan syak wasangka labil bagi orang yang lebih suka hidup di dalam kemapanan. Padahal hidup dan pikirannya sendiri selalu dinamis sedari lahir sampai dia berkata itu dan disusul waktu-waktu selanjutnya.
Sistem berbahasa dalam FB pun kita sering mengonsepnya supaya rapi dan terstruktur. Nyatanya malah bikin kita kenyot-kenyout karena semua berjalan alur maju dengan berbagai zig-zag dan ketidaklinerannya. Kalau mau rapi seperti diri zaman Gita Cinta dari SMA pun akan melo abis. Lalu kita membandingkannya dengan catatan harian waktu aku anak SD. Hahaha. SD sudah bikin buku puisi kok sudah kakek-kakek frustasi mau ngapa-apain dengan FB.
Halo kek, nulis aja secara dinamis hari ke hari tak perlu pusing mau gimana sistem dan konsepnya. Dekonstruksi aja pemikiranmu yang sudah KDL. Hahaha!
Hihihi. Mari kembali ke awal dengan pertanyaan. Masih ingat tiga hukum logika identitas? Hukum identitas, hukum kontradiksi, hukum tidak ada yang di tengah, ternyata dibantah dengan dekonstruksi Derrida. Bagaimana bantahannya? Lalu ada ini, alasan dekonstruksi itu. Apa itu? Membatalkan? Melanjutkan? Atau sekedar kreativitas berfilsafat?
Comments
Post a Comment